Mungkin buat yang sudah pernah baca blog ini sebelumnya sudah tahu bahwa saya adalah pelajar Indonesia di Nanyang Technological University (NTU), Singapore (Bisa refer ke sini untuk cerita pengalaman saya mendaftar ke NTU). Namun, yang cukup banyak orang tidak ketahui bahwa pada tahun 2018 saya sempat berkuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) sebelum akhirnya memutuskan untuk pindah kuliah ke luar negeri. Beberapa bulan lalu, saya post cerita pengalaman saya mendapatkan beasiswa Sea Undergraduate ketika di ITB (Bisa refer ke sini untuk cerita pengalaman saya mendapatkan beasiswa Sea Undergraduate). Nah, sebenarnya ketika saya masih berkuliah di ITB dulu, saya mendapat 2 beasiswa penuh di semester pertama, yaitu Sea Undergraduate Scholarship dan Beasiswa TELADAN Tanoto Foundation. Di artikel kali ini saya akan bercerita terkait proses pendaftaran beasiswa TELADAN Tanoto Foundation dan sedikit tips yang bisa saya bagikan untuk tiap-tiap tahapan seleksinya.
Proses mencari informasi beasiswa
Awal masuk ITB, saya diterima di Fakultas Teknologi Industri (FTI). Di semester pertama, saya terbilang cukup aktif di kegiatan kemahasiswaan baik dalam kampus maupun luar kampus. Hal ini membuat saya terekspos terhadap berbagai informasi beasiswa. Selain itu, saya juga mengikuti update akun sosial media kantor kemahasiswaan di ITB yang rutin membagikan informasi beasiswa. Pada waktu itu, dari yang saya ketahui, hanya ada 2 beasiswa merit-based yang tersedia bagi mahasiswa semester 1 di ITB, yaitu TELADAN Tanoto Foundation dan Sea Undergraduate Scholarship.
Bagi yang bingung dengan apa itu merit-based: beasiswa secara umum terbagi menjadi dua yaitu merit-based (berdasarkan prestasi/tidak mempertimbangkan status ekonomi sosial secara khusus) dan need-based (sangat memperhatikan keperluan sosial/ekonomi). Contoh beasiswa need-based adalah Bidikmisi, yang dikhususkan untuk mereka yang kurang mampu, sehingga diperlukan untuk submit surat keterangan tidak mampu.
Dari situ, saya memutuskan untuk apply ke dua beasiswa merit-based tersebut. Tanggal application nya sangat berdekatan satu sama lain, bahkan tanggal pengumumannya hanya terpaut 1-2 minggu.
Sekilas tentang beasiswa TELADAN Tanoto Foundation
Tanoto Foundation merupakan lembaga filantropis yang berfokus untuk mengembangkan sektor pendidikan di Indonesia maupun luar negeri untuk para pelajar berkewarganegaraan Indonesia. Salah satu bentuk kontribusi Tanoto Foundation adalah beasiswa TELADAN, yang merupakan akronim dari Transformasi Edukasi untuk melahirkan Pemimpin Masa Depan.
Manfaat yang diterima bagi scholars terpilih beasiswa TELADAN antara lain:
- Dukungan finansial: biaya kuliah yang ditanggung 100% sejak semester 2 hingga semester 8 dan tunjangan bulanan yang dibayarkan langsung kepada scholars
- Program pengembangan kepemimpinan
- Kesempatan mengikuti program-program exchange ke luar negeri
- Dukungan pengembangan karier dan kepemimpinan (termasuk mengikuti lomba-lomba
Bagi yang bertanya berapa nominal uang yang diterima, saya tidak yakin bahwa tiap tahun dan tiap universitas menerima nominal yang sama. Namun pada saat itu, kalau dihitung-hitung nominal yang saya terima adalah sebesar:
- Uang UKT: Rp 12.500.000 (biaya kuliah per semester di ITB) x 7 semester = Rp 87.500.000
- Tunjangan per bulan: Rp 850.000 per bulan x 12 bulan x 3,5 tahun = Rp 35.700.000
Perlu diketahui bahwa nominal ini tidak diterima dalam sekali pembayaran, namun dilakukan secara rutin per semester dan per bulan. Untuk uang UKT langsung dibayarkan ke pihak universitas, sedangkan tunjangan per bulan dibayarkan ke rekening scholar. Nominal di atas belum termasuk pelatihan-pelatihan dan manfaat non-finansial lainnya yang diterima scholar. Waktu itu saya dengar-dengar bahwa scholars bisa mengajukan proposal pendanaan untuk mengikuti kompetisi, lomba, atau bahkan program pertukaran pelajar ke luar negeri, selagi bisa menjelaskan bagaimana kegiatan tersebut dapat berkontribusi terhadap skill kepemimpinan scholars.
Untuk menerima manfaat ini, selain harus lolos seleksi beasiswa, pendaftar juga harus memenuhi beberapa persyaratan administratif antara lain:
- Warga Negara Indonesia (WNI)
- Terdaftar sebagai mahasiswa semester pertama di salah satu perguruan tinggi mitra program TELADAN yaitu UI, UGM, ITB, IPB, UNIBRAW, UNDIP, USU, UNRI, dan Univ. Andalas.
- Memiliki prestasi akademik yang baik (minimum rata-rata rapor kelas III SMA/SMK/MA adalah 8 dari skala 10)
- Menunjukkan potensi kepemimpinan yang kuat serta komitmen untuk berkontribusi pada masyarakat dan pembangunan bangsa
- Mampu berkomunikasi dengan bahasa Indonesia secara baik
- Kemampuan berbahasa Inggris dan bahasa lainnya akan menjadi nilai tambah
Jadi bagi kamu yang bertanya “Kak, kalau aku bukan dari univ yang menjadi mitra TELADAN, bisa daftar tidak?”, sayang sekali, beasiswa ini bukan untuk kamu. Hal ini dapat dipastikan karena pendaftaran beasiswa ini sendiri akan dilakukan melalui kerjasama dengan universitas mitra TELADAN.
Untuk informasi lebih lengkap, bisa cek di website Tanoto Foundation di sini.
Proses seleksi tahap pertama: Online Form (Nilai UN dan rapot SMA)
Di tahap pertama ini adalah tahap paling sederhana dari semua tahapan pendaftaran beasiswa ini, yaitu memastikan bahwa kamu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Kamu akan mengisi form online yang menanyakan nama, asal universitas, nilai SMA dan nilai UN kamu. Dari yang saya ketahui, asalkan kamu memenuhi persyaratan yaitu berasal dari universitas mitra TELADAN dan memiliki nilai SMA dan rata-rata UN di atas 80, kamu dipastikan lolos ke tahapan selanjutnya.
Proses seleksi tahap kedua: Verifikasi Dokumen dan Seleksi Esai
Beberapa hari setelah pendaftaran online form tahap pertama berakhir, kamu akan mendapatkan email untuk mengisi link baru lagi dan meng-upload dokumen-dokumen yang diperlukan. Dokumen tersebut antara lain adalah scan nilai UN, rapot, dll yang berkaitan dengan apa yang kamu submit di tahap pertama. Jadi, pastikan bahwa kamu tidak mengarang informasi di tahap pertama!
Selain itu, kamu akan diminta membuat esai dengan tema yang telah mereka sediakan. Tema ini sendiri tidak akan jauh-jauh dari alasan mengapa kamu memutuskan untuk mendaftar beasiswa TELADAN. Jadi, pastikan juga bahwa kamu memiliki motivasi yang kuat untuk menjadi scholar beasiswa ini ya! Sebagai referensi, kamu bisa mengecek esai yang saya submit di bawah ini.
—
Berinovasi melalui Perbedaan untuk Indonesia
Nama saya adalah Julius Daniel Sarwono. Saya lahir di Jakarta pada tanggal 31 Juli 2000. Saya dibesarkan di Purwokerto, Jawa Tengah hingga tamat SMP dan menyelesaikan pendidikan SMA di sekolah berasrama di Magelang, Jawa Tengah. Saat duduk di bangku SMA, saya aktif mengembangkan diri dengan cara mengikuti berbagai organisasi dan kepanitiaan dari berbagai bidang. Saya terlibat dalam OSIS selama 2 masa jabatan serta ditunjuk menjadi koordinator seleksi penerimaan peserta didik baru di sekolah saya pada tahun 2016. Di sisi lain, kecintaan saya terhadap musik membawa saya untuk mengikuti lomba-lomba di bidang grup musikalisasi puisi hingga meraih juara pertama skala nasional umum dalam Festival Sastra 2017 UGM. Saya pernah mengadakan acara bertajuk “Malam Apresiasi Seni Suara”, di mana seni suara seperti vokal, klasik, rock, jazz, orchestra, bahkan musik tradisional seperti keroncong bisa dinikmati dan dikemas menjadi acara yang menarik. Acara tersebut dihadiri kira-kira 700 anak muda ditambah tamu undangan dari berbagai sekolah. Keingintahuan saya terhadap hal-hal baru juga membawa saya menjadi aktivis di bidang pencinta alam dan orkestra. Selain itu, saya menjadi pelopor klub debat di sekolah saya dan beberapa kali mewakili sekolah di tingkat provinsi.
Saya percaya bahwa pendidikan adalah yang terpenting. Sejatinya, tidak ada manusia yang tidak memerlukan pendidikan, bahkan sejak lahir pun manusia sudah diberi pendidikan dari sosok orang tua. Namun ada beberapa hal yang tidak bisa hanya diajarkan oleh orang tua saja, maka dari itu orang tua menyekolahkan anaknya ke taman kanak-kanak atau sekolah dasar. Di sana lah seorang anak belajar untuk melihat dunia sebagai suatu komunitas yang harus dijunjung bersama. Seorang anak juga mulai mempelajari ilmu sosial, sains, matematika, dan pendidikan akhlak. Namun ternyata hal tersebut belumlah cukup, untuk bisa menatap masa depan lebih jauh, seorang anak haruslah meneruskan pendidikannya ke jenjang SMP hingga SMA. Saat ini, masyarakat dituntut untuk mengemban pendidikan minimal menjadi seorang lulusan sarjana untuk bisa mendapatkan kehidupan yang layak.
Namun pertanyaan kembali muncul, “Apakah pendidikan hanya sebatas pendidikan formal saja?”. Pada kenyataannya pendidikan formal belum cukup untuk memuaskan masyarakat, orang yang hanya mengandalkan jejak pendidikan formalnya saja tanpa jiwa kepemimpinan yang baik akan tergeser perlahan-lahan. Hal tersebutlah yang membuat saya sadar akan pentingnya program seperti ‘TELADAN’ Tanoto Foundation ini.
Saya mempercayakan pendidikan formal saya di salah satu institut terbaik bangsa yaitu Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk memenuhi mimpi saya kelak yaitu bisa berpartisipasi dalam menciptakan Indonesia yang lebih baik. Indonesia merupakan salah satu negara dengan segudang masalah, mulai dari kemiskinan, korupsi, hukum yang lemah, pendidikan yang belum merata, pengelolaan sumber daya yang buruk, rasisme, kerusakan lingkungan dan banyak lagi. Banyak orang memandang hal tersebut sebagai suatu cacat yang tak bisa diobati, namun saya memandangnya berbeda. Bagi saya, segudang masalah berarti segudang inovasi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Lalu siapa yang akan menciptakan inovasi-inovasi tersebut? Tentu saja generasi muda yang sedang dibentuk melalui pembelajaran formal dan non-formal untuk siap terjun menyelesaikan permasalahan tersebut nantinya.
Saya yakin bahwa program ‘TELADAN’ Tanoto Foundation adalah program yang sangat cocok dalam mewujudkan mimpi saya. Perlu pemahaman utuh dan orientasi besar untuk menyelesaikan permasalahan yang besar pula. Selain itu, saya percaya bahwa tiap aspek keilmuan memiliki peran penting dan tidak ada satu yang lebih penting dari yang lain. Sehingga perlu ada seseorang yang dapat menghubungkan mereka, seseorang yang memahami berpikir terbuka dan itulah peran yang ingin saya ambil melalui program ‘TELADAN’ Tanoto Foundation ini. Mengingat bahwa program ‘TELADAN’ terbuka terhadap setiap mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia, saya dapat membuka mata untuk melihat perbedaan yang beragam dan menciptakan pola pikir terbuka. Saya juga akan mendapatkan kemampuan komunikasi yang baik dan koneksi yang luas melalui kontribusi dalam kebersamaan dan kerjasama di program ‘TELADAN’.
—
Tolong jadikan esai di atas hanya sebagai referensi, jangan ditiru, karena salah satu kunci penting dalam pendaftaran TELADAN ini adalah konsistensi yang kamu bawa dari tahap pertama sampai tahap terakhir, yaitu motivasi kamu masing-masing untuk mendaftar beasiswa ini. Saya yakin bahwa setiap orang pasti memiliki motivasi yang unik dan menarik untuk digali lebih dalam.
Selain itu, saya akan berbagi beberapa tips dalam menulis esai, khususnya untuk beasiswa TELADAN ini yang beberapa di antaranya saya kutip langsung dari salah satu penyeleksi beasiswa ini
- Ikuti aturan yang tertulis. Apabila dari pihak penyeleksi meminta kamu untuk membuat esai dengan minimum dan maximum kata, pastikan bahwa esai kamu memenuhi aturan tersebut. Untuk TELADAN sendiri kalau tidak salah jumlah kata yang diminta kurang lebih 600 kata. Sia-sia apabila kamu memiliki esai yang menarik namun tidak lolos hanya karena esai yang kamu buat tidak memenuhi aturan yang disediakan.
- Posisikan dirimu sebagai seorang pembaca. Ini sangat penting! Ketika kamu menulis esai untuk dibaca, pastikan kamu untuk selalu membayangkan bahwa dirimu adalah seorang penyeleksi beasiswa yang sedang membaca esai tersebut. Apakah esai kamu sudah terlihat menarik? Atau hanya apa adanya?
- Standout. Cari faktor X dari diri kamu yang bisa kamu angkat dari esai kamu! Jangan hanya ceritakan biografimu secara monoton dan tidak menarik. Ingat bahwa pendaftar beasiswa ini sangat banyak dan kuota yang diterima sangat kecil dibanding pendaftar tersebut! Kamu harus memiliki visi yang jelas dan kuat untuk menjadi unik dari peserta lainnya.
- Minta pendapat orang lain. Ini adalah hal yang selalu saya lakukan setelah membuat esai. Sebelum submit, saya mengirim esai saya ke minimal 5 orang (bisa keluarga, guru, dosen, atau teman) untuk membaca esai saya dan memberi pendapat terkait esai saya. Tidak harus meminta tolong kepada mereka yang lebih ahli, karena kita tidak meminta kritik, namun pendapat. Pendapat itu sendiri kita jadikan masukan dan olah lagi, bukan langsung diterima mentah-mentah.
- Komunikatif. Pastikan esai kamu komunikatif dan mudah dibaca. Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar! Selain itu, buatlah awalan esai yang menarik dan menangkap perhatian pembaca.
- Orisinil. Ini adalah faktor yang penting juga. Itulah mengapa saya mengatakan sebelumnya, jangan gunakan esai saya untuk ditiru, melainkan jadikan sebagai referensi saja. Pastikan bahwa kamu mempunyai pesan tersendiri untuk disampaikan kepada pembaca esai.
Proses seleksi tahap ketiga: Online Assessment
Apabila kamu lolos ke tahap selanjutnya, pihak Tanoto Foundation akan meminta kamu untuk mengikuti online assessment berupa game yang berisikan mini games untuk menguji kompetensi dan kepribadian kamu. Tes ini akan mencakup asesmen intelegensi, kemampuan memberikan solusi, mengatasi konflik, mengambil keputusan, dan potensi kepemimpinan. Untuk tahap ini, tidak ada tips spesifik yang bisa saya bagikan. Pastikan saja bahwa kamu mengikuti tahapan ini dengan baik dan memenuhi seluruh permintaan panitia penyeleksi. Untuk tes yang waktu itu saya jalani, durasinya kurang lebih 2 jam dan memerlukan tempat yang tenang dan tidak gaduh.
Proses seleksi tahap keempat: Wawancara
Apabila kamu lolos hingga ke tahap ini, selamat, artinya kamu tinggal selangkah lagi menuju TELADAN Tanoto Foundation! Pihak Tanoto Foundation akan bekerjasama dengan universitas mitra untuk mengadakan wawancara langsung bertempat di universitas mitra. Tiap peserta akan diwawancara oleh 2-3 orang penyeleksi di satu ruangan. Untuk tahapan wawancara ini sendiri cukup bervariasi tiap-tiap orangnya, tidak banyak pertanyaan serupa yang ditanyakan ke semua pendaftar. Biasanya interviewer akan mencoba untuk bertanya lebih dalam dari jawaban yang kamu berikan. Langsung saja, beberapa tips yang bisa saya berikan untuk tahap wawancara ini:
- Riset, riset, dan riset! Tidak pernah cukup untuk yang satu ini. Jangan sampai ketika kamu ditanyai “apa yang kamu ketahui tentang Tanoto Foundation?”, kamu hanya terdiam dan menebak-nebak jawabannya. Pastikan malam sebelumnya kamu sudah meriset background dari pemberi beasiswa yang kamu daftar.
- Konsisten. Pastikan bahwa tiap jawaban yang kamu berikan sesuai dengan esai yang sudah kamu submit di tahap kedua! Jangan sampai kamu bercerita bahwa kamu bercita-cita menjadi A di esai, namun ketika di interview kamu malah bercerita bahwa kamu bercita-cita menjadi B.
- Posisikan dirimu secara sesuai. Saya mendengar dari seorang penyeleksi TELADAN bahwa ada pendaftar yang ketika masuk ruangan malah menangis-nangis dan menceritakan tentang latar belakang keluarganya yang berasal dari keadaan ekonomi yang kurang. Tebak hasilnya? Ya, dia ditolak karena menimbulkan kesan yang buruk untuk dirinya sendiri. Wawancara merupakan tahap bagi pewawancara untuk mengenal kamu lebih dalam terkait kelebihan-kelebihan kamu dan mengapa kamu pantas untuk menjadi penerima beasiswa, bukan untuk mengasihani kamu. Namun sebaliknya, jangan sampai kamu memposisikan diri kamu terlalu tinggi dan malah kesannya kamu adalah seorang yang sombong.
- Percaya diri. Tentu ini adalah hal yang selalu harus diperhatikan. Percaya diri adalah kunci. Untuk apa kita punya puluhan kelebihan, namun kita tidak percaya pada diri sendiri? Untuk bisa meyakinkan orang lain bahwa kamu layak, kamu harus yakin dulu bahwa kamu pantas.
- Elevator pitch. It’s a bit tricky here. Pada interview saya waktu itu, pertanyaan yang dilontarkan pertama kali adalah perkenalan diri dalam bahasa Inggris, meskipun pertanyaan-pertanyaan selanjutnya diajukan dalam bahasa Indonesia. Kenapa begitu? Pewawancara ingin mengetahui bagaimana kamu merespon ketika sesuatu yang kamu tidak duga terjadi, apakah kamu tetap tenang atau malah panik dan menjawab dengan tidak beraturan. Alangkah baiknya dalam setiap wawancara, kamu selalu merancang elevator pitch, yaitu jawaban ketika kamu ditanyakan “Tell me about yourself!” Pastikan jawaban yang kamu berikan itu relevan, bukan malah bercerita tentang tempat dan tanggal lahir kamu, zodiak, atau bahkan pekerjaan saudara kamu. Untuk lebih detilnya terkait ini, kamu bisa mencari banyak video-video penjelasan elevator pitch di Youtube.
- Komunikatif. Yap, kembali lagi, salah satu faktor yang penting juga. Pastikan kamu komunikatif ketika menyampaikan jawaban-jawabanmu! Cobalah untuk membangun eye-contact dengan pewawancara. Jujur saja, ketika waktu itu diwawancara 3 orang, saya malah merasa menjadi lebih mudah dibanding diwawancara satu orang. Kenapa begitu? Karena artinya saya tidak perlu menahan eye-contact di satu orang saja, namun bisa berpindah-pindah dan membuat saya menjadi lebih rileks. Pastikan juga jawaban kamu jelas dan sesuai konteks pertanyaan yang diberikan. Jangan terlalu panjang, namun jangan terlalu pendek juga.
- Be specific! Tell them a great story. Yang saya maksud untuk spesifik di sini adalah ketika kamu ditanyakan terkait diri kamu, cobalah untuk memberikan contoh yang jelas. Misalkan pertanyaan yang diberikan, “Di esai, kamu bercerita bahwa cita-cita kamu adalah membangun Indonesia menjadi lebih maju? Bagaimana caranya?”. Apabila jawaban kamu tidak spesifik dan sekedar memenuhi pertanyaan saja, maka jawaban kamu hanya akan berupa “Ya. Dengan menjadi pendidik.” Namun, sudah jelas, bukan itu yang diinginkan pewawancara, bukan? Kamu bisa memberikan jawaban yang lebih spesifik dan konkrit, contohnya, “Ya benar, saya percaya bahwa Indonesia memiliki potensi yang hebat untuk menjadi negara maju di tahun 2045, dan saya percaya bahwa saya akan menjadi bagian dari kemajuan itu. Saya yakin melalui pengalaman saya bahwa akar dari negara maju adalah sektor pendidikan yang baik. Dulu ketika SMA, saya mengikuti kegiatan … dan melalui kegiatan itu saya melihat bahwa … Selain itu, saya memilih untuk berkuliah di ITB yang merupakan institut terbaik bangsa untuk mengetahui lebih dalam terkait sisi-sisi pendidikan terbaik dari negeri ini dan bagaimana saya dapat menerapkan hal tersebut ke seluruh Indonesia. Salah satu cara yang akan saya ambil secara konkrit adalah dengan menjadi …” Bagaimana? Bisa lihat perbedaannya?
Setelah melalui keempat tahapan tersebut, kamu bisa menarik nafas tenang dan berdoa supaya hasilnya sesuai dengan keinginanmu. Proses seleksi ini merupakan proses yang panjang, saya sendiri baru menerima hasilnya sekitar akhir semester satu bahwa saya diterima menjadi salah satu dari 150 TELADAN Scholars dari seluruh mitra universitas.
Sekian saja artikel kali ini. Semoga apa yang saya bagikan di sini bisa membantu kamu yang sedang mencari beasiswa! Apabila ada yang ingin ditanyakan, bisa tinggalkan di kolom komentar atau bisa kontak saya langsung melalui Instagram saya yaitu @juliusdan_
Terima kasih! 🙂
12 comments
Terimakasih banyak kak judan👐
Can’t wait for your recent blog!
Hai Anggi! Sama-sama, senang bisa bantu 🙂
Terimakasih banyak kak sharing nya, sangat bermanfaat
Hai Adjie! Sama-sama, senang bisa berbagi 🙂
Terima kasih banyak atas sharingnya! We definitely need thiss! xx
Hai Maudy! Sama-sama, senang bisa bantu 🙂
Thank you so much kak! So benefit for me and all of Tanoto scholars. I can’t wait your blog then:)
Hi Kharisma, no worries! Glad to help 🙂
Maaf izin bertanya. apakah beasiswa ini juga bisa diambil oleh mahasiswa tahun kedua (di awal semester 3)? terimakasih
Hai Naya,
Dulu ketika aku apply beasiswa ini hanya untuk mahasiswa tahun pertama. Kurang tau yang sekarang, bisa dicek di official website mereka ya 🙂
Terima kasih banyak kakk sharingnya, sangat membantu 🙏🏻🙏🏻
Jujur baru kali ini ga bosen baca blog. Dari isi tulisannya nampak bgt authornya orang berpendidikan. Padahal isi blognya baru seputar tips n trik. Semangat terus bang! Terima kasih banyak!