Ditahun yang ke 2 di SMA Van Lith ini, saya memutuskan untuk mulai menulis sesuatu yang saya harap berguna buat khalayak luas. Ya, salah satunya adalah pengalaman saya PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) di SMA PL Van Lith Muntilan.
Sebelumnya perkenalkan, saya Julius Daniel, biasa dipanggil Judan. Saya merupakan anggota dari keluarga angkatan 25 (Silveration) di SMA Van Lith. Berikut adalah kisah perjuangan saya untuk masuk ke sekolah ini
[ini pergulatan batin saya menentukan pilihan swasta atau negeri, bisa langsung lanjut ke paragraf selanjutnya]
Saya menjalani masa putih biru saya di SMP Susteran Purwokerto (meskipun namanya Susteran tapi ini cewe-cowo). Seperti anak-anak yang lain, di tahun ke 3 adalah saat dimana saya harus menentukan saya mau lanjut ke mana, swasta atau negeri? Kalau saya pilih swasta, sudah jelas dari segi pendidikan cenderung lebih teratur dan terfasilitasi, namun biaya pasti lebih mahal dan nantinya sulit untuk menembus PTN (Perguruan Tinggi Negeri). Kalau saya pilih negeri, yang SMA negeri trbaik di tempat saya (berdasarkan nilai UN SMP tahun-tahun sebelumnya) yang sempat saya kunjungi dan sangat membuat saya kecewa karena fasilitasnya kurang terawat, kelasnya tidak nyaman, dan guru-gurunya terkenal dateng kasih tugas terus pergi, nilai tinggal di katrol. Orang tua saya membebaskan saya untuk memilih, dia blg “Coba dulu saja ikut tes swasta, nanti keputusan mama kembalikan ke kamu deh.” . Ya, miris memang, meskipun sudah menggunakan sistem pendaftaran SMA Negeri terpusat dengan nilai UN, tetap saja pada akhirnya banyak teman saya yang membayar uang muka dan langsung masuk! Akhirnya, saya memutuskan untuk tes PPDB di Van Lith, Hua-Ind, dan beberapa sekolah kolese lainnya.
PPDB Van Lith dan De Britto adalah terawal dari pilihan saya, karena saya memilih Van Lith maka De Britto pun saya lepas. Saya sendiri tahu Van Lith dari kakak saya (Stefanus Aldo, Angkatan XX Van Lith) dan guru-guru yang katanya pendidikan di sana bagus. Saya pun daftar menggunakan jalur online dan mendapat nomor pendaftaran 905, terakhiran banget ya! Saya berangkat ke Muntilan untuk tes bersama saudara saya yang berasal dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Waktu itu ada sekitar 10 orang pendaftar dari kota saya, Purwokerto.
Saya menginap di hotel Artos, Magelang karena perjalanan dari Magelang ke Muntilan lebih dekat dan bebas macet dibanding memilih Jogja sebagai tempat penginapan. Malam sebelum PPDB saya mencoba review materi UN beberapa mapel seperti IPA, Mat, dll.. namun tidak lama, saya pun berhenti dan berkata dalam hati “Yah.. Semua kehendak Tuhan. Just do the best and let god do the rest” meningkatkan kepercayaan diri saya. Saya ga mau terlalu capek dan memilih tidur gasik sekitar jam 10 an.
Pagi-pagi jam 5 saya bangun dengan keadaan jantung saya berdebar-debar “Hari ini PPDB ya?” tanya saya ke kedua orang tua saya seakan belum bisa menerima kenyataan saya beranjak ke SMA. Saya mandi, sikat gigi, breakfast dan bersiap-siap menuju Muntilan. Perjalanan dari Artos Magelang ke Van Lith Muntilan memakan waktu kurang lebih 30 menit.
Sesampainya di SMA PL Van Lith, saya disajikan dengan pemandangan para penjual buku dan papan, sambil mengatakan “Ayo pak, bu, dek beli papannya, nanti kepakai kok di dalem karena gak ada mejanya”. INI PENTING! Jangan pernah membeli papan alas menulis yang dijual oleh mereka, sekalipun mereka mengaku dibawahi nama instansi SMA PL Van Lith, itu bohong! Di tempat tes sudah disediakan papan alas untuk tiap peserta dan sudah dicek keadaannya baik dan siap pakai. Kalau untuk buku seperti “Cara Jitu Masuk Van Lith” yang ngakunya punya soal-soal yang bakal diujikan, kalau saya bilang itu hanya omong kosong, karena materinya adalah materi SMP dan dia hanya copy-paste bank soal SMP lalu diganti book cover nya. Tapi kalau kalian mau membeli alat tulis karena lupa bawa atau kurang cadangan, ya silakan saja karena di dalam tidak disediakan alat tulis, tapi jangan salahkan kalau alat tulis yang dijual kualitas rendah atau bahkan palsu. So, berhati-hati dalam membeli ya guys!
Saya masuk ke Van Lith, sudah sangat ramai saat itu, warna-warni baju seragam SMP yang berbeda-beda membuat saya semakin gugup. Akhirnya saya masuk ke tempat tes saya, untuk yang cowo bertempat di Aula, untuk yang cewe bertempat di Kapel. Ternyata pengawas dan panitianya adalah mereka-mereka yang masih kelas 10.
Tes pertama yang saya hadapi adalah Tes Psikotes dari Pelita Wacana. Untuk tes ini cukup mengandalkan nalar aja, ga ada yang harus dipelajari. Untuk tes ini ada tes kecerdasan spatial, kreatifitas, kinetik dll.. Saran saya saat tes ini, kalian harus dalam keadaan konsentrasi penuh, itu mengapa tes ini ditempatkan pertama. Jangan tidur kemalaman sebelumnya, minum air putih cukup, makan secukupnya. Bentuk-bentuk soalnya saya udah lupa, karena emang ga perlu dipelajari. Ada satu soal terakhir yang masih saya inget karena ini lucu, yaitu disuruh nyebutin benda-benda berwarna putih sebanyak-banyaknya, saya langsung liat sekeliling (tembok, lantai, kapas, kertas, susu, dll) dan saya sempat mengisi ‘sperma’, setelah itu saya baru inget sperma itu bening bukan putih ????. Tes ini semacam tes minat bakat gitu kalau saya bilang. Oiya, ada tes penilaian terhadap gambar juga, jadi diedarin kertas bergambar, terus suruh mencari objek dan menentukan apa yang subjek lakukan (misal : Seseorang sedang menyirami tumbuhan). Lalu ada tes musikal juga, ga susah-susah banget sih karena pertanyaannya mendasar seperti tangga nada, not, dll. Lalu ada tes kepribadian juga, yang diutamakan di sini kejujuran. Pertanyaannya seperti “Jika kamu melihat seseorang yang terjatuh ke sungai, apa yang akan pertama kamu lakukan?” lalu opsinya a. Langsung menolongnya b. Meninggalkan c. Mencari orang lain untuk pertolongan d. Melihat situasi sekitar . Disini hampir tidak ada jawaban yang salah, so.. be honest! ????
Istirahat sekitar 1 jam. Lalu tes mata pelajaran: Matematika, Bahasa, IPA, IPS. Semua soalnya pilihan ganda, susah.. iya susah. Karena materinya SMP tapi disinggung-singgungkan sama materi SMA. Seperti IPS sudah dipecah menjadi Geografi, Ekonomi, dll (Di SMP saya cuma ada “IPS”). Saya lebih nyaman di soal matematika dan IPA, meskipun ada beberapa soal yang baca soal aja saya ga mudeng ????. Di Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, saran saya jangan berhenti di satu soal, langsung lanjut aja, karena waktunya sangat sedikit. Di IPS, saya gabisa apa-apa ????, karena dominan hapalan dan saya ga belajar apa-apa. Banyak soal-soal UN SMP, jadi pelajarilah kembali UN SMP!
Di sesi terakhir dibagikan kertas berisi data diri. Seperti nama lengkap, ttl, orangtua, nama pastor, paroki, ketua dewan paroki, ketua lingkungan (hapalin namanya jangan sampai lupa, kalau lupa kayak saya, ngarang aja hehe.. Yang penting ga kosong). Data-data ini bakal ditanyakan ulang kalau kalian lolos ke tahap wawancara. Jadi, jangan sampai lupa apa yang kalian tulis di kertas itu!
Hari Pertama selesai. Saya pulang ke hotel. Pengumuman lolos atau tidak ke tahap berikutnya akan dipublish via website pukul 9 malam. Saya menanti-nantikan hal tersebut. Dan Puji Tuhan, saya lanjut, begitupula dengan saudara saya. Karena saya berasal dari Jawa Tengah jadi saya tes wawancara dan fisik di hari ke 3 (hari ke 2 untuk yang dari luar Jawa).
Hari ke 3, saya kembali ke Van Lith untuk tes fisik dan wawancara. Yang cowo waktu itu tes wawancara dulu baru fisik. Yang cewe, kebalikannya. Ketika saya ngantri untuk wawancara, saya banyak ketemu dan ngobrol2 sama calon kakak kelas yang sebagai panitia ppdb juga. Ini Penting! Saya dikasih tia kakak kelas supaya sebelum masuk ketuk pintu dulu, nunggu dipersilakan, baru masuk. Setelah masuk, jangan langsung duduk, salamin dulu pewawancaranya, setelah dipersilakan duduk barulah duduk. Karena pewawancara akan menilai kesopanan para peserta juga. Saya masuk ke ruang wawancara, hanya ada 3 orang di sana, saya dan 2 pendamping. Seperti yang diinstruksikan, saya ikuti. Wawancara berlangsung mulus, saya jawab pertanyaan demi pertanyaan mereka seperti “tau vanlith dari siapa?” “motivasi masuk vl apa?” “kalau ga ketrima di vl gimana?” “masuk vl karena paksaan ortu atau kemauan sendiri?”. Poin pentingnya adalah jujur! karena mereka sudah berpengalaman mewawancarai tiap tahunnya, jadi pasti bisa bedain kalau ada kebohongan. Hal yang fatal adalah ketika saya ditanyain “Tokoh favorit kamu siapa?”, saya jawab “Ayah saya”, terus ditanyain “Tanggal lahir ayah kamu kapan?”, shit.. ???? saya lupa! beneran, lupa! Jangan sampai seperti itu ya, jadi tetap konsisten sama jawaban kalian, jangan coba berbohong. Oiya, jangan lupa buat eye contact dengan pewawancara, tatap matanya!
Wawancarapun selesai, saya lumayan malu dengan kesalahan saya. Lanjut ke tes fisik. Sialnya saya kedapatan terakhir dan itu ketika hujan, ya saya hujan-hujanan. Tes fisiknya berupa Lari Sprint, Lari di ukuran lap. sepak bola dikasih waktu 12 menit dapat berapa putaran (saya dapet 5 kalau ga salah), push up, sit up, squadrash.
Di sini jujur saja saya kurang, karena saya ga ada persiapan fisik, tapi katanya yang penting usaha kita keliatan kalau kita niat buat masuk.
Habis tes fisik, karena saya orang yang kurang olahraga berakibat badan saya sakit semua. Saya balik ke hotel dalam keadaan basah kuyup.
Done. Di titik ini saya tinggal menunggu hasil. Sekian pengalaman perjuangan PPDB VL saya, semoga berguna buat kalian yang mau daftar juga. Kalau mau tanya sesuatu bisa comment di sini atau add contact saya (line : juliusdan_), saya selalu terbuka.
(Judan. XXV)
3 comments
Cara ceritainnya bagus 👍 sampe saya bisa bayangin… Btw tidur gidar?? Apaan…
Hai Judan, salam kenal. Ceritanya sangat membantu saya yang juga ada keinginan untuk mendaftarkan diri ke sekolah almamater kamu. Pada saat kamu mendaftar waktu itu, melalui jalur reguler atau proiritas?
Judan seangkatan sama anak saya ya…. Anastasia Sekar Kinanti (Tasia)… saya sampai ke blog ini gara2 sibuk cari informasi persiapan adiknya Tasia tes di VL